Dasar-dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
World Health Organization (2008) menyebutkan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan penerapan percabangan ilmu dalam
kelompok keilmuan kesehatan lingkungan. Di berbagai perguruan tinggi, divisi,
bagian atau Departemen Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
disatukan dengan bagian atau divisi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.
Hal tersebut dimaksud untuk efisiensi infrastruktur pendidikan yang memiliki
banyak kesamaan, baik dalam keilmuan maupun penerapannya. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja sangat diperlukan dan berkembang subur pada sebuah masyarakat
industri atau masyarakat yang sebagian besar pekerjannya bekerja pada sektor
industri terutama pada nehara-negara yang sedang memasuki fase industrialisasi.
Sifat dari keilmuan dan penerapan bidang kesehatan dan
keselamatan kerja yang bersifat multidisiplin, di banyak negara bahkan di
tingkat dunia selalu ada komitmen yang merumuskan, mengembangkan dan menerapkan
kesehatan dan keselamatan kerja sebagai suatu join force yang harus diatur secara bersama. Di tingkat dunia, ada join komite antara WHO yang mengurusi
masalah kesehattan dan ILO (International
Labor Organisation) yang mengurus tenaga kerja untuk mendukung
produktivitas dan perekonomian umat manusia.
Pada awal fase industrialisasi biasanya sebuah negara
mengutamakan penyerapan tenaga kerja, sehingga jenis industri yang dipilih
adalah seperti industri garmen, industri micro
chips, Industri pertambangan, dan lain sebagainnya. Pada fase post industrial countries atau
pascaindustri, masyarakat menginginkan industri padat modal, less hazardous and less pollution.
Otomatisasi mesin menggantikan masin-mesin yang manual, sehingga penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan pekerjannya semakin berkurang. Untuk mengontrol
mesin yang bising dan penuh uap berbahaya, cukup memerhatikan panel instrumen
pengendali yang kedap suara, serta menggunakan instrumen pemantau terpisah (remote). Hanya sesekali kalau diperlukan
mengontrol kondisi dekat mesin-mesin yang terpasang itu pun harus mengenakan
alat-alat pelindung. Pada sektor industri formal yang padat modal, milik multinational companies menerapkan
persyaratan-persyaratan yang secara ketea harus dipenuhi dan dipatuhi. Aspek
kesehatan masyarakat terbatas pada kelompok-kelompok atau unit-unit pekerja
dalam ruang industri yang terbatas dan secara teoritis terkontrol. Bahkan
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K-3) pada beberapa jenis sifatnya
instruktif dengan penerapan disiplin yang ketat perlindungan kelompok tenaga
kerja dilakukan tanpa memerlukan pendekatan persuasif sebagaimana lazimnya
dalam bidang kesehatan masyarakat.
Permasalahan dan aplikasi pendekatan kesehatan
masyarakat menjadi relevan pada jenis industri kecil dan sektor informal.
Diketahui bahwa industri kecil dan sektor informal bercampur di antara
pemukiman. Tempat kerja atau lingkungan kerja pada industri dan usaha kecil dan
menengah atau SME small and medium
enterprises adalah juga tempat tinggal. Potensi bahaya lingkungan kerja
adalah bahaya anak-anak balita dan ibu-ibu hamil. Di Brebes Jawa Tengah 22%
wanita usia subur dan anak-anak sekolah menderita goiter atau hipotiroid
berkaitan dengan penggunaan agrokimia secara massives (Suharto, 2012) yang merupakan keluarga petani bawang
merah. Proses kerja mbrodoli bawang
yang bercampur pestisida dilakukan di rumah, debu pestisida memberikan ancaman
terhadap pekerja dan keluargannya. Domain keahlian dan objek keilmuan kesehatan
keselamatan lingkungan rancu dengan domain kesehatan dan keselamatan kerja.
Keduanya concern kepada potensi
bahaya kesehatan dari lingkungan rumah tempat tinggal yang merangkap tempat
kerja.
Filosofi Dasar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Manusi hidup dan sehat terus bergerak dan dapat
dipastikan melakukan sesuatu pekerjaan, termasuk ibu rumah tangga yang bekerja
di dapur, yang juga pekerja industri. Seorang ibu pekerja, yang termasuk
kelompok wanita usia subur akan terpajan tiga lingkungan, yakni lingkungan
rumah dan pemukiman, lingkungan udara yang tercemar di perjalanan dan
lingkungan kerja sekaligus. Ketiganya tentu memiliki potensi bahaya kesehatan
dan keselamatan kerja. Asap kompor mengeluarkan polutan misalnya
karbonmonoksida yang merupakan potensi bahaya lingkungan kerja di dapur dan
sekaligus memiliki potensi kebakaran dan meledak. Bedanya kalau bekerja di
dapur menjadi ranah kesehatan lingkungan kalau bekerja di kantor atau sebuah
industri menjadi ranah kesehatan dan keselamatan kerja. Intensitas pajanan (exposure) juga berbeda.
Secara keilmuan dapat saja dibedakan antara domain
keilmuan kesehatan lingkungan dengan kesehatan kerja. Ilmu kesehatan lingkungan
mempelajari hubungan interaktif antara manusia dengan genomic status dan perilakunya dengan lingkungan yang berpotensi
bahaya kesehatan sedangkan inti domain kesehatan kerja mempelajari hubungan
tiga kelompok variabel, yakni beban kerja (jenis pekerjaan), kapasitas kerja,
dan lingkungan kerja (Achmadi, 1991). Beban kerja bisa fisik maupun non-fisik seperti
pikiran, menulis, melakukan tindakan manajemen dan lain sebagainya. Untuk
bekerja secara sehat, diperlukan kemampuan sesuai bidang tugas dan
pekerjaannya, untuk itulah diperlukan pelatihan untuk jenis pekerjaan tertentu
serta pemeriksaan kesehatan awal sebelum bekerja, untuk mendukung tugas dan
pekerjaannya. Tanpa pelatihan dan pemahaman terhadap lingkungan pekerjaannya,
akan terjadi kesenjangan (gap) antara kapasitas kerja dan beban pekerjaannya,
sehingga menimbulkan bahaya penyakit akibat kerja dan kecelakaan (kesehatan dan
keselamatan kerja). Kesesuaian antara beban jkerja dengan alat-alat kerjannya,
kapasitas kerja dan lingkungan kerja harus memenuhi kriteria dan persyaratan
Gangguan keseimbangan ketiganya dipelajari dalam kesehatan kerja, dan apabila
kejadian tersebut bersifat akut dan mendadak menjadi masalah-masalah kerja.
Domain kesehatan kerja juga sarat dengan peraturan perundangan harus
dipelajari, dan hal itu semua ditunjukan untuk kepentingan kesehatan kerja
untuk mendukung produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Kesehatan lingkungan mempelajari hubungan interaktif
antara manusia (tanpa membedakan gender, umur, pendidikan, dan lain-lainnyaa)
di mana dalam tubuh manusia seutuhnya terdapat genetic factors dan fenotipe perilakunya dengan linkunganya yang
berpotensi membahayakan kesehatan manusia tersebut. Dalam hal potensi bahaya
atau faktor resiko, kedua bidang mempelajari hal yang sama. Nemun berbeda dalam
manajemen, persyaratan lingkungan, serta peraturan perundang undangan yang
mendukungnya.
Pekerjaan di dapur tidak memiliki aspek tujuan ekonomi,
tidak memerhatikan aspek kapasitas kerja, tidak memerlukan pelatihan dan tidak
ada kompensasi, ataupun kontrak kerja yang menjadikan hak untuk mendapatkan
alat keselamatan kerja serta pengobatan penyakit akibat kerja di dapur rumah
tangga. Domain atau ranah kesehatan lingkungan, hanya memerhatikan aspek
persyaratan keselamatan rumah tangga, aspek persyaratan rumah sehat dengan
ventilasi cukup, serta sesekali dilakukan penyuluhan keselamatan rumah tangga.
Secara keseluruahn yang dipelajari oleh domain kesehatan lingkungan adalah
dasar-dasar hubungan interaktif antara lingkungan dengan manusia, kesehatan
kerja merupakan penerapannya di lingkungan (setting-tempat) kerja. Untuk
lingkungan kerja doberlakukan syarat dengan peraturan perundangan yang merupakan
pedoman baik untuk tenaga kerja maupun pemilik modal melindungi menjaga agar
tetap sehat. Selain itu, dalam lingkup kesehatan dan keselamatan kerja, juga
memerhatikan jenis beban pekerjaannya. Jenis atau beban kerja itu sendiri,
memiliki potensi bahaya penyakit atau risiko kesehatan.
Beberpa potensi bahaya lingkungan kerja dapat pula leakage
(merembes) atau berbentuk ledakan atau kebakaran ke luar wilayah kerja, dan hal
ini akan menimbulkan masalah kesehatan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Bencana lingkungan yang secara mendadak baik secara alamiah maupun kegiatan
industri dan pertambangan, dipelajari pula dalam keselamatan lingkungan (environmental safety).
Dengan demikian, tidak mengeherankan kalau di berbagai
perguruan tinggi, kedunya dijadikan satu untuk menghemat sumber daya dan
infrastruktur. Ahli toksikologi lingkungan, ahli kesehatan lingkungan fisik
seperti kebisingan, radiasi meneliti dan memberikan materi pelajaran pada kedua
mahasiswa peminatan. Demikian pula labolatorium yang dimilikinya banyak
kesamaan.
Sebagai ilmu yang bermanfaat multidisiplin, keselamatan
dan kesehatan kerja bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan hazards,
potensi bahaya atau risiko atau lingkungan yang berpotensi bahaya kesehatan
kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir
keselamatan dan kesehatan kerja adalah menghilangkan atau meminimalisir risiko
sakit dan celaka. Kesehatan kerja sebagaimana kesehatan lingkungan adalah ilmu substantive yang mengidentifikasi
permasalahan kesehatan. Selanjutnya penerapan solusi dari permasalahan
kesehatan kerja, dapat menggunakan pendekatan kesehatan masyarakat yakni,
berbasis masyarakat (tenaga) kerja, berorientasi pencegahan, kerja sama dengan
divisi atau unit organisasi lain dalam lingkup organisasi industri atau wilayah
setempat, partisipasi masyarakat pekerja, dan teorganisasi. Namun sering kali
pula, kesehatan dan keselamatan kerja tidak memerlukan pendekatan kesehatan
masyarakat.
Dalam rangka menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
diperlukan juga perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan/pengendalian
secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukanmanajemen keselamatan
dan kesehatan kerja. Manajemen keelamatan dan kesehatan kerja pola pikir dan
berbagai pendapat yang ada diintegrasikan ke dalam seluruh kegiatan operasional
sebuah industri agar dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan aman, efisien
serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta tidak menimbulkan
dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
Referensi :
( Achmasi, Umar
Fahmi 2013, Kesehatan Masyarakat Teori
Dan Aplikasi , RajaGrafindo Persada, Depok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar