Senin, 20 Januari 2014

Makalah Antropologi Kesehatan Tingkah Laku Sakit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1                  LATAR BELAKANG

Tingkah laku sakit, Peranan sakit dan peranan pasien sangatlah di pengaruhgi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya, maka ancaman kesehatan yang sama tergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda dari kalangan pasien.
Tingkah laku sakit adalah cara-cara dimana gejala di tanggapi, di evaluasi dan di perankan oleh seseorang yang mengalami sakit.
Budaya stress dan penyakit dapat di alami individu atau kelompok dalam masyarakat, saat kebudayaan memberikan tekanan-tekanan baik secara langsung atau tidak langsung. seperti sebuah kebudayaan yang melalui aturan serta sangsi yang membuat para penganutnya terikat kedalam dan tidak memungkinkan penganutnya untuk bertindak diluar from baku yang telah di tetapkan. Oleh karena itu, kita patut dan wajib mempelajari dan memahaminya di dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh lebih mudah dan dimengerti.

1.2                 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mengidentivikasi orang yang memiliki tingkah laku sakit, stress dan penyakit ?

1.3     TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk menjelaskan Tingkah Laku Sakit dan Budaya Stress dan Penyakit.


BAB II
TINGKAH LAKU SAKIT

2.1     Definisi Tingkah Laku Sakit

            Dalam mempelajari tingkah laku sakit, penting bagi kita untuk mengingat pesan Von Mering, bahwa”studi yang mengenai makhluk manusia yang sakit berperan bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek budaya dan aspek sosialnya. Untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam rangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang spesifik maupun yang non spesifik”(Von Mering 1970:1972-273).

Ciri-ciri orang yang bertingkah laku sakit:
1.      Merasa kurang enak badan.
2.      Fungsi tubuh yang kurang baik.
3.      Kurangnya nafsu makan.
4.      Suhu tubuh tidak normal,dll.
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien. Seseorang dewasa yang baru bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka ia harus memutuskan apakah ia akan minum obat dan mengharapkan kesembuhan atau memanggil dokter. Namun demikian, ini bukanlah tingkah laku sakit hanya apabila penyakit itu telah didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tersebut tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan atas tingkah laku peranan orang-orang disekelilingnya, maka barulah dikatakan bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku disuatu tempat.
Contoh tingkah laku sakit, sebagai berikut:
1.     Bangsa Jepang

pada periode 1996-1998 di RS Medistra Jakarta pada beberapa pasien berwarga Negara Jepang. Tampak pasien segera berespon dengan perubahan sakit yang terjadi pada dirinya. Sesuai dengan disiplin waktu yang sudah menjadi tradisinya, pasien sering meminta schedul tindakan keperawatan terhadap dirinya dan membuat perjanjian apabila terjadi perubahan kondisi (kondisi perubahan suhu yang sering naik, turun, pada pasien DHF ), pasien akan memanggil perawat untuk memeriksa suhu tubuhnya. Perawat harus memberitahu hal-hal atau tindakan yang mendadak misalnya, visite dokter tiba-tiba datang. Dalam menghadapi perubahan-perubahan kesehatan ia ingin segera mendapatkan tanggapan dari para dokter dan perawat. Apabila dia sudah di tanggapi oleh dokter dan perawat pasien merasa tenang.
Dari observasi diatas, pasien Jepang merupakan tipe Public Pain dimana rasa sakit yang mereka rasakan ingin segera ditangani dan memerlukan penjelasan atau concern dari perawat maupun dokter yang menanganinya.

2.     Masyarakat Manado

Pasien  yang dirawat dengan keluhan sakit pada area perut kanan di IGD RS PERSAHABATAN pada tanggal 8 Desember 1998. Pasien Manado ingin segera ditangani secepatnya. Karena RS Persahabatan merupakan RS pemerintah yang sarananya serba terbatas, maka sulit untuk memenuhi semua keinginan pasien. Dari segi penampilan pasien dan keluarga nampak bagus dan rapi. Pasien juga sering mengeluh dan mengerang-erang kesakitan serta memanggil-manggil perawat untuk segera ditangani.

Penjelasan dari perawat sering diabaikan dan meminta penjelasan langsung dari dokter. Setelah diberi penjelasan dari dokter, pasien malahan lebih sering mengeluh dan menuntut penatalaksanaan secepatnya tanpa memperdulikan proses penyakitnya dan prosedur penanganan karena keterbatasan alat dan tenaga, tindakan tidak bisa dilakukan dengan segera.  Keluarga pasien menyatakan complain pada pelayanan yang diberikan dan pasien dengan suara merintih meminta segera di pindahkan ke Rumah Sakit yang lebih memadai. Perawat kemudian menyarankan rujukan ke RS swasta.

Dari observasi diatas, nampak bahwa pasien Manado merupakan tipe Public Pain dimana mereka meminta perhatian yang berlebih dari perawat maupun dokter serta menginginkan yang terbaik buat mereka.

3.      Masyarakat Bali

Pasien di Rumah Sakit Sanglah Denpasar pada periode tahun 1995-1996 di beberapa ruangan rawat inap.
Pasien Bali dalam menghadapi perawatan terhadap dirinya jarang meminta perhatian lebih dari perawat atau dokter teteapi mereka akan sangat berterimakasih bila diperhatikan secara sewajarnya. Kehidupan beragama yang begitu kental membuat setiap pasien selalu meminta tempat untuk menghanturkan sesajen di samping tempat tidurnya. Jika lupa atau terlambat, mereka biasanya merasa tidak enak. Sesajen biasanya dihaturkan oleh keluarga pasien untukm meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Kebersamaan adat yang kental membuat Rumah Sakit terkadang dipenuhi oleh sanak saudara dan anggota banjar (sejenis RW dengan ikatan yang kuat) dari pasien yang bersangkutan. Kehadiran sanak saudara bagi pasien merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggaan karena disanalah kualitas hubungan si pasien dengan masyarakat komunitasnya. Bila sedikit yang datang mengunjungi malahan pasien akan sangat bersedih. Dan itu tentui akan menghambat proses kesembuhan si pasien.

Dari observasi diatas, nampak bahwa pasien Bali merupakan tipe Private Pain dimana mereka mempunyai perasaan berterimakasih yang sangat besar. Bila pasien merasa puas akan pelayanan yang diberikan kepadanya, tidak jarang pasien memberikan oleh-oleh atau hadiah kepada perawat atau dokter yang menanganinya. Bahkan setelah pasien sembuh banyak pasien menjalin hubungan yang lebih akrab dengan perawat atau dokter yang merawatnya


BAB III
BUDAYA STRESS DAN PENYAKIT

3.1      Definisi Budaya Stress dan Penyakit

          Awal terbentuknya Culture Bound Syndrome Stress dapat dialami individu atau kelompok dalam masyarakat, saat kebudayaan memberikan tekanan-tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung.
            Stress adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang mengancam, menantang serta merusak keseimbangan seseorang(Bruner:2002).
            WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang sehat dan kurang sehat jiwa di antaranya selalu diliputi oleh suasana kekhawatiran dan kegelisahan. Kemudian, ia mudah marah karena hal-hal yang sepele dan menyerang orang lain karena kemarahannya. Permusuhan, kebencian, sukar memaafkan orang lain merupakan suatu penyakit kejiwaan. Begitupun ketika tidak mampu menghadapi kenyataan hidup, tidak realistik, karenanya ia sering lari dari kenyataan dengan cara selalu menyalahkan orang lain walaupun sebenarnya sumber kesalahan adalah dirinya.
Contoh beberapa penemuan dalam studi Etnopsikiatri di Indonesia berkaitan dengan stress budaya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.         Gunawan dan Banunaek (1968) bahwa pada tahun 1964 , sebanyak 10,14% pengunjung poliklinik psikiatri di RSCM Jakarta berasal dari suku Minangkabau, dengan psikoneurosis 45,48% dan psikosomatik 15,80%. Berdasarkan kasus ini dapat disimpulkan adanya stress budaya dalam 3 bentuk, yaitu:
a.       Pertentangan antara generasi tua (nilai lama) dengan generasi muda (nilai baru).
b.      Pertentangan antara agama dan adat dengan pendidikan dan pandangan modern.
c.       Pertentangan antara adat yang dibawa dengan adat yang didatangi.
2.         Harahap (1969) melakukan penelitian komparatif mengenai kasus Etnopsikiatri di RSCM Jakarta antara suku Minangkabau dan Batak. Bahwa pada suku Batak, kasus kebanyakan adalah laki-laki, sedangkan pada suku Minangkabau kasus kebanyakan adalah wanita. Menurutnya, hal ini berkaitan erat dengan peranan laki-laki dalam kebudayaan Batak (patrilineal) dan peranan wanita dalam kebudayaan Minangkabau (matrilineal), yang merupakan sumber stress.
3.         Atmodirjo dan Salam (1969) mendiskripsikan mengenai kasus psikosis (Acute Schizoprenic Reaction) pada seorang wanita suku Batak yang berusia 21 tahun, yang baru menjalani pernikahan paksa menurut adat Tapanuli dengan seorang anak laki-laki dari saudara perempuan ayahnya (Asymmetric Cross Cousin Marriage System). Kepatuhan pada adat menimbulkan stress bagi wanita tersebut sampai pada taraf psikotik. Dengan pendekatan “Socio-cultural action” ternyata dapat menanggulangi kasus tersebut.
4.         Sukirno (1973) melaporkan tiga kasus dari keturunan Arab yang mengalami stres budaya dan memunculkan gangguan jiwa, yaitu dalam bentuk: anxietydepressive reaction, psychotic reaction, dan depressive reaction. Keturunan Arab di Indonesia telah mengalami akulturasi, namun masih kuat memegang adat-istiadat atau budaya asalnya.
5.         Gunawan (1980) mengidentifikasi beberapa kasus stress budaya pada masyarakat Irian Jaya, yang dapat memunculkan berbagai gangguan jiwa, yaitu:
a.      Urbanisasi (perubahan pola hidup).
b.      Perbedaan budaya antara penduduk pendatang dan asli.
c.       Suami-istri dengan tingkat pendidikan dan latar belakang sosio-budaya yang berbeda.
d.      Konflik antara generasi tua dan muda.
e.       Pelanggaran terhadap adat, dan  kepercayaan terhadap ilmu hitam. 

Jenis-jenis culture bound syndrome and Psychopathology yang ada di Indonesia, sebagai berikut: ( Maslim (1987 dalam Arianto 2004:5-8) )
1.            Kesurupan (umum)
Kesurupan berasal dari bahasa Jawa yang berarti kemasukan sesuatu hal yang gaib. Kesurupan memang selalu dikaitkan dengan fenomena gaib, yaitu seseorang yang kerasukan makhluk halus sehingga manusia yang kerasukan mempunyai kepribadian ganda dan mulai berbicara sebagai individu lain. Masyarakat JawaTimur misalnya selalu menggunakan bantuan para dukun atau kyai dalam mengobati seseorang yang kesurupan. Dukun atau kyai menggunakan efek sound therapy dengan membacakan suluk dan para kyai biasanya membacakan doa dalam bahasa arab. Menurut pandangan mereka suluk maupun doa mampu mengusir roh halus yang masuk dan menguasai raga dari penderita kesurupan. Foster dan Anderson (1986) menjelaskan mengenai cara pengobatan dukun (Shaman).
Beberapa contoh penelitian mengenai kesurupan adalah sebagai berikut.
a.       Prayitno dan Banunaek (1968) melaporkan kasus seorang wanita sekolah perawat gigi di Jakarta yang mengalami sakit perut, pingsan, dan tidak ingat. Sesudah sadar, ia tidak ingat kejadian tersebut dan merasa seperti dalam keadaan tidur. Kejadian ini berulang setiap hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. 
b.      Djamaludin (1971) melaporkan mengenai fenomena hasolopan pada suku Batak di Medan, yang mirip dengan kesurupan. Fenomena semacam ini lebih sering dialami wanita dari pada pria, kebanyakan anak-anak pubertas, terjadi pada semua strata sosial, perasaan frustasi dan depresi. Penderita seolah-olah hidup dalam dua dunia (gaib dan nyata). 
2.            Bebainan ( Bali )
Bebainan adalah kemasukkan “bebai“, yaitu roh yang dapat menguasai manusia, menyakiti, atau membunuh. Bebai diperoleh dengan pemeliharaan dari kecil sampai dewasa, kemudian siap dipakai oleh yang memelihara. Yang dapat mengobati bebainan adalah “balian“ (dukun). Gejalanya adalah perubahan kesadaran, tingkah laku agitatif yang terjadi mendadak, disertai kebingungan, halusinasi dan gejolak emosi. Episode ini cepat menghilang dan disertai periode amnesia.
Contoh penelitian mengenai bebainan adalah dari Suryani (1981) mengenai fenomena bebainan di beberapa desa di Bali. Suryani melaporkan bahwa lebih sering wanita usia muda atau belum kawin pernah mengalami bebainan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hari raya Bali dan stress emosional.
3.            Cekik ( Jawa Tengah )
Cekik adalah suatu histeria konversi dengan kejang–kejang seluruh badan dan kesadaran menurun, sebelum jatuh kejang selalu menunjukkan seperti orang tercekik lehernya. Sebagian besar mengalami halusinasi visual menjelang atau saat serangan. Terjadi di desa Babalan, kecamatan Wedung, kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada setiap tahun dalam bulan puasa menjelang lebaran. Santoso dan Pranowo menyebutnya sebagai “sindroma tekak“. Contoh penelitian mengenai cekik ini adalah penelitian Sumitro (1981) di desa Babalan, dan melaporkan bahwa wanita lebih sering mengalami cekik dari pada pria, hampir merata pada umur dewasa, tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi rendah, serta berhubungan dengan kepercayaan mistik bahwa roh halus akan mengambil orang-orang tertentu di desa. Ternyata epidemi ini hilang dengan sendirinya sesudah bulan Puasa terlewati.
Masyarakat lokal Demak manganalisa fenomena cekik sebagai gangguan dari hantu cekik yang muncul setahun sekali. Analisa tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit-penyakit gangguan kejiwaan akibat budaya.
4.            Koro ( Sulawesi Selatan )
Koro adalah sindroma anxietas yang mendadak sampai dengan panik disebabkan oleh adanya waham bahwa alat kelaminnya akan mengkerut masuk dan menghilang ke dalam tubuhnya sehingga dirinya akan mati, pada umumnya terjadi pada laki–laki. Orang itu berusaha mencegah dengan cara memegang erat– erat alat kelaminnya atau mengikat dengan tali, kalau perlu minta bantuan orang lain memegang alat kelaminnya secara terus menerus.

3.2     Tingkat Stress
Menurut Stuart dan Laraia (2005),ada tiga macam tingkatan stress antara lain:
1.      Stress ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Dapat memotivasi individu dan mampu memecahkan masalah secara efektif.
2.      Stress sedang
Memungkinkan individu berfokus pada hal-hal yang penting.
3.      Stress berat
Individu cenderung pada suatu objek yang dapat mengurangi ketegangan.

3.3     Konsep Mekanisme Personal Copying
 Mekanisme personal copying adalah reaksi individu ketika menghadapi suatu tekanan atau stress dan bagaimana individu tersebut menanggulangi stress yang dihadapi.
Sumber personal copying terdiri dari tehnik pertahanan, dukungan sosial, motivasian kemampuan dalam memecahkan masalah, kesehatan fisik, dukungan spiritual, sumber materi dan sosial.
Keyakinan spiritual dan pandangan seseorang yang positif dapat ditujukan sebagai dasar dari harapan dan dapat membenarkan upaya personal copying seseorang dalam keadaan yang paling merugikan.
Stuart, (2005) menyebutkan ada 4 karakteristik mekanisme personal copying yang tidak efektif,diantaranya:
1.      Menyatakan ketidakmampuan.
2.      Tidak mampu untuk menyelesaikan masalah secara efektif.
3.      Perasaan cemas, takut, marah dan tegang.

4.      Tidak mampu memenuhi kebutuhan.

Kamis, 09 Januari 2014

PERILAKU ORGANISASI

 Organisasi adalah suatu unit social yang dikoordinasikan secara sengaja,terdiri dari dua orang atau lebih yangberfungsi pada suatu basis yang relative bersinambung untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan.

ORGANISASI
1. HAKEKAT ORGANISASI
2. PERKEMBANGANTEORI ORGANISASI
3. MEMAHAMI PERILAKUORGANISASI
4. KONSEP DASARPERILAKU ORGANISASI

HAKEKAT ORGANISASI

Pengertian Organisasi
• Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok , yaitu
1. Dalam arti statis, berarti melihatorganisasi sebagai sesuatu yang tidak bergerak /sama halnya melihat organisasi seperti yang tergambar dalam bagan (organogram) yang beraneka ragam.
2. Dalam arti dinamis, berarti memandang organisasi sebagai organ yang hidup, artinya tidak hanya melihat dari segi bentuk dan wujudnya, tetapi juga dari segi isi organisasi tersebut.

Organisasi Dalam Arti Statis
• pandangan organisasi dalam arti statis antara lain :
• Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat (tool)
• Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yangbersifat formal
·   Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan yang ada dan menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang .
Jadi arti statis adalah Wadah kegiatan administrasi dengan gambaran yang jelas tentang hirarki kedudukan atau wewenang dari suatu kelompok .

Organisasi Dalam Arti Dinamis
• Pandangan tentang organisasi dalam arti dinamis, sebagai berikut :
– Berarti organisasi tersebut selalu bergerak mengadakan pembagian tugas sesuai dengansistem yang telah ditentukan dan sesuai polaorganisasi tersebut.
– Memandang organisasi itu dari segi isinya, yaitusekelompok orang yang melakukan kerja samauntuk mencapai tujuan bersama..
– Kemungkinan organisasi itu akan mati, hal inimerupakan tantangan yang harus diatasi.

Organisasi Sebagai Sistem Kerjasama
Sistem adalah suatu keseluruhan dari berbagai unsur ataufaktor tertentu yang dipadukan oleh suatu asas tatatertib tertentu sehingga menjadi suatu kebulatan yang utuh. adalah suatu sistem mengenai pekerjaan yang dirumuskan denga baik, dan masing masing pekerjaanmengandung wewenang, tugas, dan tanggung jawab tertentu yang memungkinkan orang dari suatu organisasi dapat bekerjasama secara efektif dalam usaha mencapai tujuan bersama.
– Adalah suatu sistem penugasan pekerjaan kepadaorang-orang yang mengadakan kerjasama yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang tertentu darisuatu tugas bersama– Adalah suatu sistem daripada aktivitas kerjasama dari sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untukmencapai tujuan .
– Adalah suatu sistem yang terencana daripada usaha kerjasama dengan memberikan peran kepada setiap orang untuk dijalankan, wewenang, tugas, dan tanggung jawab untuk dilaksanakan.

Organisasi sebagai suatu sistemtata hubungan kerja
Tata hubungan kerja adalah hubungan yang dilakukan oleh orang yang berada didalam suatu situasi kelompok untuk mengadakan kerjasama dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Yang dimaksud situasi kelompok adalah suatu kelompok yang anggotanya dapat mengadakan interaksi dalam waktu yang sama sehingga terjalin suatu hubungan yang sangat erat.
JADI sistem tata-hubungan kerja yang sangat rumit tetapi sistematis sehingga dapat menimbulkan suatu bentuk kerjasama yang baik dan serasi diantarapara anggota, antar unit satuan kerjayang ada untuk mencapai tujuan.

Organisasi sebagai proses pembagian tugas
• Dengan demikian pengertian dengan berbagai caraadalah :
1. Adalah suatu proses menetapkan,mengelompokkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan merumuskan suatu pelimpahan wewenang serta tanggung jawab yang memungkinkan orang orang yang diserahi tugasitu dapat bekerjasama secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan.
2. Adalah proses kegiatan menghimpun secara teraturatas bagian yang saling bergantung sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam usaha mencapai tujuan.
3. Adalah proses pembagian tugas serta mengaturdan menentukan bagian-bagian atau orang yang diserahi tugas untuk memikul tanggung jawab dari suatu bentuk usaha
4. Adalah suatu proses kegiatan menyusun ,pengembangkan, memelihara pola hubungan kerjadari bagian atau orang yang ada dalam suatu usaha.
5. Organizing berasal dari kata organize yang berartimenciptakan struktur dengan bagian bagian yang diintregrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terkait oleh hubungan terhadap keseluruhan.

Organisasi menurut beberapa para ahli
1.    Louis A Allen
organisasi adalah : sebagai suatu proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab, dengan maksud untuk memungkinkan orang orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan
2.    Drs M Manulang
organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin untuk mencapai tujuan, Secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan diferensiasi tugas-tugas.
3.    Drs H Malayu S.P. Hasibuan
organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.
4.    James D Mooney
Organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
5.    12 Chester I Barnard
organisasi adalah suatu sistem kerjasama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan olehdua orang atau lebih.
6.    Koontz & O’Donnel
Organisasia dalah hubungan struktural yang mengikat dan menyatukan perusahaan dan kerangka dasar tempat individu-individu berusaha, dikoordinasi.
7.    March & Simon
organisasi adalah sistem yang komplek yang terdiri dari unsur psikologis, sosiologis, teknologi, dan ekonomi yang dalam dirinya sendiri membutuhkan penyelidikan yang intensif.
8.    S Pradjudi Atmosudiro
Organisasi adalah struktur tata pembagian kerjadan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu.

Tujuan Organisasi
merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai diwaktu yang akan dating melalui kegiatan kegiatan organisasi dan setiap aktifitas organisasi mengacu pada tujuan organisasi.
Penentuan tujuan organisasi memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah organisasi , peran tersebut adalah sebagai penentu arah organisasi .

Organisasi Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah alat untuk meringankan, mengefektifkan, mengefisiensikan, mengoptimalkan pencapaian tujuan yang hendak dicapai dengan cara kerja bersama sama.
Dengan demikian tujuan yang tidak dapat dicapai secara individu, melalui organisasi tujuan tersebut kemungkinan besar dapat tercapai.
Organisasi dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan , sekaligus juga dapat menjadi kendala manakala orang-orang yang terlibat didalamnya tidak tahu menahu tentang organisasi.

PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI

1.  Teori Organisasi Klasik
– Teori Birokrasi
– Teori Administrasi
– Teori Manajemen Ilmiah
2.    Teori Organisasi Neoklasik
3.    Teori Organisasi Moderen

TEORI ORGANISASI KLASIK
• Organisasi secara umum digambarkan oleh para ahli klasik sebagai sangat tersentralistik, dan tugas-tugasnya terspesialisasi.
• Para teoritis klasik menekankan pentingnya rantai perintah dan penggunaan disiplin, aturan, sertasupervisi ketat untuk mengubah organisasi agar berperasi dengan lebih efisien.
• Teori ini memberikan petunjuk mekanistik, struktur yang kaku, dan bukan kreatifitas, teori ini berkembang sekitar tahun 1900 sampai dengan tahun 1950, dan dibagi menjadi tiga aliran :
1. Teori Birokrasi
2. Teori Administrasi
3. Manajemen Ilmiah

a.    TEORI BIROKRASI
• Teori ini pertama kali diperkenalkan MAXWEBER dalam bukunya The Protestant Ethic and Spirit Of Capitalism
• Weber mengemukakan karateristik birokrasisebagai berikut :
1. Pembagian kerja yang jelas
2. Hirarki wewenang
3. Program yang rasional dalam mencapai tujuan
4. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja
5. Sistem aturan yang mencakup hak hak dan kewajiban posisi para pemegang saham
6. Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal
Jadi birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif yang menekankan struktur dalam organisasi

b.    TEORIADMINISTRASI
• Teori ini dikembangkan oleh Hnry Fayol diPrancis pada tahun 1916, dengan bukunya yang terkenal :“ ADMINISTRATION INDUSTRIELLE ET GENERALE“,
• Ada 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar teori administrasi , antara lain adalah :
1. Pembagian kerja
2. Wewenang dan Tanggung Jawab
3. Disiplin
4. Kesatuan Perintah,
5. Kesatuan Pengarahan
6. Mendahulukan Kepentingan Umum
7. Balas Jasa
8. Sentralisasi
9. Rantai Skalar
10. Aturan
11. Keadilan
12. Kelanggengan Personalia
13. Inisiatif
14. Semangat Korp

c.    TEORI MANAJEMENILMIAH
• Teori ini berkembang pada tahun 1990 atas ide Frederick Winslow Taylor.
Taylor mencoba mengembangkan metode kerjayang lebih efisien dengan mengadakan pendekatan ilmiah terhadap masalah manajemen.
• Sebagai hasilnya Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan oleh organisasi yaitu :
1. Menggantikan metode kerja daam praktek dengan berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerjayang ilmiah dan benar.
2. Mengadakan seleksi, latihan, dan pengembangan para karyawan secara ilmiah
3.Pengembangan karyawan harus diintregasikan, sehingga karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya produksi serendah mungkin.
4. Perlu dikembangkan semangat dan mental karyawan melalui pendekatan

TEORI ORGANISASINEO KLASIK
• Teori ini bukan teori baru, tetapi mengusulkan perubahan pada teori klasik dengan menitik beratkan pada perilaku manusia.
• Anggapan dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok.
• Teori ini mengemukakan perlunya tiga hal antaralain:
1. Partisipasi, melibatkan setiap individu dalamproses pengambilan keputusan
2. Perluasan Kerja, sebagai kebalikan dari polaspesialisasi
3. Menejemen bottom-up, yang memberikan kesempatan kepada para junior untuk berpartisipasi

TEORI ORGANISASIMODERN
• Teori modern mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, tetapi adalah suatu sistem terbuka yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
• Teori ini berkembang sejak tahun 1950 teori ini dalam banyak hal sangat berbeda dengan teori klasik
• Faktor yang membedakan kualitas teoriorganisasi modern dengan teori lainnya adalah dasar konseptual ,ketergantungannya pada data riset empiris, dan diatas semuanya sifat pemanduan dan pengintegrasiannya.

MEMAHAMI PERILAKU ORGANISASI
1. Membandingkan teori organisasi dengan perilaku organisasi
2. Tujuan memahami perilaku organsiasi
3. Unsur pokok dalam perilaku organisasi

TEORI ORGANISASIDAN PERILAKU ORGANISASI
• Teori organisasi adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur dan desain organisasi
• Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang orang bertindak di dalam organisasi.
• Teori organisasi memfokuskan pada pandanga makro, unit unit analisisnya adalah organisasi itu sendiri,memperhatikan kemampuan organisasi secara keseluruhan untuk menyesuaikan diri dan mencapai tujuan yang diinginkan organisasi.
• Sedangkan perilaku organisasi mengambil pandangan mikro, memberi tekanan kepada individu dan kelompok kecil.

TUJUAN MEMAHAMI PERILAKUORGANISASI
• Ada tiga hal terpenting dari tujuan memahami perilaku organisasi, antara lain :
1.  Prediksi, perkiraan dalam kaitannya dengan perilaku organisasi
2.  Eksplanasi, atau penjelasan terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam organisasi
3.  Pengendalian, pengendalian atas perilakuyang terjadi dalam organisasi adalah tujuan ketiga dan sebagai kontrol bagi pengendalian perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.

UNSUR POKOKDALAM PERILAKU ORGANISASI
1. Orang, adalah makluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan berperasaan, yang membuat organisasi untuk mencapai tujuan, orang membentuk sistem sisial internorganisasi, dan organisasi dibentuk untuk melayani manusia bukan sebaliknya.
2. Struktur, menetukan hubungan resmi orang orang dalam suatu organisasi, dan harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur agar pekerjaan organisasi bisa efektif.
3. Teknologi, menyediakan sumber daya yang digunakan orang untuk bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan.
4. Lingkungan, merupakan bagian dari sistem yang lebih besar yang memuat banyak unsur dan semua unsure tersebut saling mempengaruhi dalam suatu hubungan yang rumit.

KONSEP DASAR PERILAKU ORGANISASI
A.   Hakekat Manusia
B.   Hakekat Organisasi
-          Perilaku Organisasi Holistik

A.   HAKEKAT MANUSIA
• Dalam kaitannya dengan manusia ada 4 asumsi dasar :
1. Perbedaan Individu, setiap orang dalam dunia ini berbeda secara individu, apabila bukan karena perbedaan individu, tentunya dapat diterapkan standart tertentu yang berlaku untuk semua orang dalam hal pengelolaan pegawai.
2. Orang seutuhnya, bukan saja berusaha mengembangkan pegawai lebih baik, tetapi juga mengembangkan orang dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan pemenuhan,.
3. Perilaku yang termotivasi, perilaku memiliki sebab tertentu, yang berkaitan dengan kebutuhan seseorang atau konsekuensi yang timbul dari tindakan. Dalam hal kebutuhan , individu tidak termotivasi oleh hal hal yang dianggap harus dimiliki, tetapi oleh hal yang mereka inginkan.
4. Martabat Manusia, bahwa orang (manusia) perludi bedakan dari faktor produksi lainnya. Mereka ingin dihormati sesuai dengan harkat dan martabat manusia.


B.   HAKEKAT ORGANISASI
• Bahwa organisasi merupakan sistemsosial dan dibentuk atas dasar kepentingan bersama.
• Sistem sosial, organisasi adalah sistem sosial, konsekwensinya segala aktifitas organisasi diatur oleh hukum sosial, dan hukum psikologi.
• Eksistensi sistem sosial menyiratkan bahwa lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang berubahsecara dinamis, dan bukan seperangkat hubungan yang statis seperti tergambar dalam baganorganisasi.
• Kepentingan bersama, organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kebersamaan

-          PERILAKU HOLISTIK
•Perilaku organisasi holistic menafsirkan hubungan orang – organisasi dalam hubungan seutuhnya, organisasi seutuhnya, kelompok seutuhnya, dan sistemsosial secara keseluruhan.
• Konsep ini mengandung pandangan menyeluruh tentang orang orang dalam organisasi untuk memahami sebanyak mungkin faktor yangmempengaruhi perilaku mereka.

KEEFEKTIFAN ORGANISASI
1. Pendekatan untuk mengidentifikasi keefektifan
2. Tiga macam prespektif keefektifan        
3. Kriteria keefektifan

Pendekatan Untuk MengidentifikasiKeefektifan
1. Pendekatan pencapaiantujuan
2. Pendekatan menurut teorisistem
3. Pendekatan konstituensistrategi
4. Pendekatan nilai bersaing
5. Membandingkan keempat pendekatan

• Keefektifan didifinisikan sebagai sejauh mana sebuahorganisasi mewujudkan tujuan tujuannya.
• Keefektifan bisa jugadiartikansebagai penilaian yang kita buatsehubungan dengan prestasiindividu, kelompok dan organisasi .

1.    Pendekatan Pencapaian Tujuan
• Pendekatan ini menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan, ketimbangcaranya, dan yang perlu diperhitungkan adalam bottom linenya,
• Pendekatan ini mengasumsikan bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencaritujuan. Oleh karenanya pencapaiantujuan yang berhasil adalah menjadibuah ukuran yang tepat tentangkeefektifan sebuah organisasi.

2.    Pendekatan Menurut TeoriSistem
• organisasi adalah suatu kerangka kerjasistem, organisasi memperoleh masukan, melakukan proses transformasi, dan menghasilkan keluaran.
• organisasi harus diukur dengan kemampuannya untuk memperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan organisasi
• tujuan akhir diabaikan, namun dipandang sebagai salah satu dari elemen di dalam kumpulan kriteria yang lebih komplek.
Jadi pendekatan sistem berfokus bukan padatujuan akhir tertentu, tetapi pada cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir itu.

3.    Pendekatan Konstituensi-Strategis
• Pendekatan ini mengemukakan bahwa organisasi dikatakan efektif apabila dapat memenuhi tuntutan dari konstituen yang terdapat di dalam lingkungan organisasi tersebut, yaitu konstituen yang menjadi pendukung kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.
• Prinsip pandangan ini sama denganpendekatan sistem, tetapi lebih menekankan kepada pemenuhan tuntutan dari hal-hal di dalam lingkungan organisasi yang dapat mengancam kelangsungan hidup organisasi.


4.    Pendekatan Nilai Bersaing
• Pendekatan ini menerangkan bahwa kriteria yang anda nilai dan gunakan dalam menilai keefektifan organisasi, bergantung kepada siapa sebenarnya anda dan siapa yang anda wakili.

5.    Membandingkan KeempatPendekatan
Dalam kondisi yang bagaimana masing-masing pendekatan lebih disukai dari pendekatan yang lain ?
a.    Pendekatan pencapaian tujuan, berguna pada saat tujuan jelas, dibatasi waktu, dan dapat diukur.
b.    Pendekatan sistem, berguna pada saat ada hubungan yang jelas antara masukan dan keluaran
c.    Pendekatan konstituen strategis, berguna pada saat konstituen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap organisasi danorganisasi harus menanggapi tuntutan-tuntutan.
d.    Pendekatan nilai bersaing, dalam organisasiyang tidak jelas apa yang menjadi penekanannya, atau mengenai minat dalam perubahan kriteria dalam jagka waktu tertentu.

Tiga Macam Prespektif Keefektifan
• Keefektifan individu     : yang menekankan pelaksanaan tugas pekerja dari organisasi
• Keefektifan kelompok  : yang terdiri dari gabungan individu-individu, keefektifan ini akan terlaksana bila setiap anggota organisasi juga efektif.
• Keefektifan organisasi            : yang meliputi individu dan kelompok, dan merupakan fungsi dari keefektifan individu dan kelompok.

KREITERIAKEEFEKTIFAN
• Ukuran jangka Pendek, adalah kriteria untuk menunjukkan hasil tindakan yang mencakup waktu satu tahun atau kurang.
• Ukuran Jangka Menengah, adalah untuk menunjukkan hasil dari penilaian keefektifan individu, kelompok maupun organisasi dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun sampai dengan lima tahun.

• Ukuran jangka Panjang, sedangkan kriteria jangka panjang adalah untuk menunjukkan hasil dari penilaian keefektifan individu, kelompok maupun organisasi dalam jangka waktu yang lebih dari lima tahun sampai dengan tidak terbatas waktunya.
 

About